Makalah Bahasa Indonesia

PERKEMBANGAN PENGARUH BAHASA DAERAH DALAM BAHASA INDONESIA
NAMA      : NURUL FITRIANINGSI
NIM           : J1A013098

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
MATARAM
2013

 






KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim.. 
Puji syukur kehadiran tuhan Allah SWT , berkat Rahmat dan Nikamtnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW,yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran didunia dan di akhirat kepada umat manusia.Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir matakuliah Bahasa Indonesia. makalah ini berisi penjelasan tentang Perkembangan Pengaruh Bahasa Daerah Dalam Bahasa Indonesia
Dalam penyusunan makalah ini tentunya sangat melelahkan. Namun, karena ada dorongan dan bantuan dari banyak pihak sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. ucapan terima kasih dan penghargaan ingin disampaikan kepada yang terhormat: Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D., selaku rektor Universitas Mataram, Prof. Ir. Eko Basuki, M.App.Sc.,Ph.D., selaku dekan di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Ir. Moh. Abbas Zaini, MP., selaku ketua program studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Drs. H. Nasaruddin M. Ali, M.Pd., selaku dosen pembina mata kuliah Bahasa Indonesia, Ir. I Wayan Sweca Yasa, M.Si., selaku dosen pembina akademik, Dosen-dosen dan seluruh staf tenaga administrasi program studi Ilmu dan Teknologi Pangan yang telah membantu kelancaran dalam proses belajar-mengajar, Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan penulis sehingga karya ilmiah ini bisa terselesaikan dangan mudah dan lancer, Semua sahabat yang telah berperan memberikan dorongan tetapi namanya tidak bisa disebutkan satu per satu.


DAFTAR ISI






BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali bahasa daerah digunakan sebagai bahasa berkomunikasi setiap harinya di masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu masyarakat merasa canggung menggunakan bahasa Indonesia yang baku di luar acara formal atau resmi. Oleh karena itu, masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia yang telah terafiliasi oleh bahasa daerah, baik secara pengucapaan maupun arti bahasa tersebut. Kebiasaan penggunaan bahasa daerah ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi negara Indonesia.
Bahasa daerah (BD) di Indonesia merupakan suatu aset budaya bangsa yang tak ternilai harganya karena melalui wahana bahasa daerah itu dapat dilestarika beraneka ragam budaya daerah yang ada. Keberadaan kebudayaan nasional yang bercorak “bhinekka tunggal ika” mustahil dapat dibayangkan dan terwujud tanpa soko guru aneka bahasa daerah,  sebagai wahana penyangga keekaan budaya bangsa.
Sebagai wahana komunikasi dalam kehiduapan masyarakat di berbagai tanah  air, bahasa daerah mempunyai peran penting, antara lain sebagai simbol identitas komunal masyarakatnya. Peran serupa itu bukan hanya tampak pada sejumlah bahasa daerah yang besar saja, seperti bahasa jawa, sunda, bali, dan bugis, yang jumlah penuturnya mencapai jutaan, tetapi juga pada berbagai bahasa daerah lain yang jumlah penuturnya mungkin hanya berkisar antara ratusan hingga puluhan ribu, bahkan hanya ratusan hingga puluhan orang, seperti bahasa banjar, ngadha, tetum, kedang, dan madiki.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1.      Seberapa jauh sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.
2.      Faktor apa yang menentukan besarnya sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia.
3.      Bagaimana upaya memanfaatkan bahasa daerah sebagai pengembangan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan penelitian secara umum.

Untuk mengetahui perkembangan pengaruh bahasa daerah dalam bahasa indonesia

1.3.2 Tujuan penelitian secara khusus.

1.      Untuk mengetahui seberapa jauh sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.
2.      Untuk mengetahui faktor apa yang menentukan besarnya sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia.
3.      Untuk mengetahui bagaimana upaya memanfaatkan bahasa daerah sebagai pengembangan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan.


1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat penelitian secara teoretis.

Agar kita mengetahui perkembangan pengaruh bahasa daerah dalam bahasa indonesia

1.4.2 Manfaat penelitian  praktis.

1.      Agar kita mengetahui seberapa jauh sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.
2.      Agar kita mengetahui faktor apa yang menentukan besarnya sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia.
3.      Agar kita mengetahui bagaimana upaya memanfaatkan bahasa daerah sebagai pengembangan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan.















 



BAB II

KAJIAN PUSTAKA


 Pada prinsipya bahasa daerah mampu berperan sebagai simbol identitas kelompok masyarakatnya dan senantiasa dihargai dan dipelihara oleh para penuturnya-sesuai dengan UUD 1945,  Bab XV, pasal 36—ada peluang bagi bahasa daerah untuk hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia (BI) selaku bahasa negara. Hal itu berarti kelangsungan hidup bahasa daerah dijamin dan sumbangan yang diberikan bahasa daerah dalam arti luas terhadap perkembangan dihargai oleh pemerintah (Halim, 1980:21).
Walaupun perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini sangat pesat menjadi bahasa modern, peluang itu masih tetap terbuka. Bahasa daerah masih tetap mendapat peluang untuk berkembang seiring dan sejalan dengan bahasa Indonesia, tanpa terhindar dari fenomena umum yang berlaku ketika berkangsung peristiwa kontak antarbahasa. Perubahan bahasa yang mungkin terjadi karena peristiwa itu merupakan akibat pengaruh yang dialami secara timbal balik diantara bahasa Indonesia dan bahasa daerah, salah satu perubahan yang dialami itu antara lain dapat berupa unsur serapan, baik pada tataran leksikal maupun pada tataran lain. Hal itu pada hakikatnya sudah merupakan hal yang wajar dan lazim dapat diamati dalam perkembangan bahasa pada umunya (Weinreich, 1970).
Sebagai salah satu bagian dari kebudayaan indonesia, bahasa daerah  mengandung unsur-unsur nilai rohani dan kesusilaan yang menjelmakan kebudayaan tradisional. Bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang mengandung sifat kebudayaan yang modern yang mengandung sifat kebudayaan modern dapat mengambil manfaat dari materi yang budaya daerah yang dilestarikan dalam ungkapan bahasa daerah serta menyesuaikannya dengan kebutuhan kebudayaan nasional. Walaupun telah ada banyak kosa kata dan istilah atau ungkapan bahasa daerah yang pemakainannya sudah lazim dikenal dan digunakan dibidang tertentu, adapula bidang bidang-bidang lain yang masih jarang menggunakan kosa kata dan istilah atau ungkapan bahasa daerah sebagai sumbangan memperkaya bahasa Indonesia. Dibidang hukum, misalnya, khususnya dibidang kajian hukum adat, sumbangan bagi pembangunan hukum nasional berwujud kosakata dan istilah atau ungkapan adat istiadat dari berbagai daerah setempat telah mendapat perhatian khusus (Soekanto, 1978).   
.















 


BAB III

PEMBAHASAN


1.      Sumbangan Bahasa Daerah terhadap Bahasa Indonesia

Diantara berbagai bahasa daerah itu, bahasa jawa termasukyang paling banyak memberikan sumbangan di bidang kosakata dan istilah untuk memperkaya bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa daerah lain. Tidak dapat disangkal bahwa banyak kosakata istilah bahasa Indonesia yang dipungut dari bahasa jawa, seperti dalam contoh: manunggal, misiologi, sandang, pangan, pamrih, gentayangan, dan lumrah. sebagai bahasa daerah,  bahasa jawa telah melestarikan dan menjelmakan peradaban yang tinggi sejak masa lampau serta dilengakapi oleh pewarisan budaya secara turun temurun, baik lisan maupun tulisan. Pada era berkembangnya komunikasi dan iptek dewasa ini, tampaknya dari segi posisinya, bahasa jawa masih mendapat peluang yang jauh lebih besar untuk mempengaruhi bahasa indonesia dari pada bahasa daerah yang lain. Disamping faktor jumlah penutur bahasanya yang jauh melampaui penutur bahasa daerah di Indonesia yang lain, tampak bahwa tingkat frekwensi pemakaiannyapun tinggi pula. Hal ini tidak dapat terlepas dari kenyataan bahwa bhasa daerah itu sering kali digunakan oleh kalangan kelompok masyarakat tuturnya yang menguasai jalur kehidupan birokrasi yang luas di tanah air, baik di tinngkat pusat maupun daerah sehingga menyebabkan semakin meluas pula pengaruh bahasa daerah tersebut terhadap bahasa Indonesia. Keadaan demikian masih ditunjang pula oleh faktor pengaruh interaksi sosial karena banyak diantara kelompok masyarakat tutur bahasa jawa berperan diberbagai jalur pelayanan dan jasa bagi masyarakat luas, khusunyakegiatan yang bergerak di bidang komunikasi media massa tulis dan elektronik.
Karena pengaruh situasi dan kondisi yang cukup menguntungkan itu, perkembangan pengaruh bahasa jawa, sebagai salah satu bahasa daerah, terhadap bahasa Indonesia bukan mustahil tidak goyah dan tetap bermakna. Pengaruh itu tidak terbatas pada pemakaian ragam bahasa lisan belaka, tetapi juga telah menyentuh ragam bahasa tulis. Seberapa jau h kualitas sumbangan itu dapat dikatakan bermakna karena dapat diangkat ke tingkat ragam bahasa baku, sangat tergantung pada frekuensi (kuantitas) pemakaiannya di dalam masyarakat, baik di kalangan para biokrat maupun pers dan media massa.
Dalam pemakaiannya, pengaruh itu tidak hanya terbatas pada wujud kebahasaan yang tampak secara tersurat saja, tetapi dapat pula menyentuh sisi lain yang tidak tampak atau tersirat, seperti tata krama berbahasa penutur bahasa. Sebagaimana terealisasi dalam ujaran, adakalanya antara pernyataan verbal dalam bentuk bahasa Indonesia yang secara tersurat diujarkan penutur dengan nuansa makna yang memperlihatkan tata krama berbahasa secara tersirat, ada keterkaitan yang erat. sebagai ilustrassi, amatilah beberapa contoh ujaran berikut ini.
1.      Beliau bapak Menteri Parpostel telah berkenan meresmikan monumen Yogya kembali yang telah dipugar.
2.      Bapak Agus Mulyanto sekeluarga kami mohon kesediaannya untuk mendampingi kedua mempelai.
3.      Paduka Yang Mulia Bapak Gubernur kami mohon kesediaannya agar berkennan membuka secara resmi festival kesenian paa malam ini
Pada contoh-contoh tersebut tampak bahwa ujaran Bahasa Indonesia penutur berlatar belakang bahasa daerah bahasa jawa tidak jarang memperlihatkan hubungan antara pernyataan verbal berbahasa Indonesia, dengan tata krama berbahasa secara tersirat. Walaupun pada satu sisi, pernyataan verbal dalaam bahasa Indonesia padda contoh 1 dan 2 tidak mengandung kosakata bahasa jawa, dari sisi lain, tata krama berbahasanya dapat tersirat pada penggunaan frasa beliau bapak pada contoh 1 dan bentuk seperti sekeluarga pada contoh 2. Penggunaan pernyataan verbal berbahasa Indonesia dengan nuansa makna kesantunan atau ketakziman serupa itu mengingatkan kita pada hal yang lazim dijumpai dalam pemakaian tingkat tutur (ungguh-ungguh) bahasa Jawa. Dalam contoh ke-3, misalnya, tata krama bebahasa itu ditandai oleh pemakaian kata paduka yang dalam penggunaanya dengan sengaja dipadukan dengan kata bapak. Penggabungan kedua kata itu dengan kata yang mulia baru akan dipandang selaras membentuk makna kesantunan yang lengkap hanya apabila dijalin dengan penggunaan kata agar berkenan. Ujaran serupa itu yang dapat termasuk reduplikasi semantik (simatupang,1983) mengandung nuansa makna kesantunan atau ketakziman yang dipakai sesuai dengan tata krama berbahasa yang dipakai sesuai dengan tata krama berbahasa yang umum. Dalam contoh itu, ada kecendrungan bahwa pernyataan verbal melalui bentuk ujaran berbahasa Indonesia yang berwujud reduplikasi yang bernuansa makna kesantunan itu mungkin bukan hanya pada penutur berlatar belakang bahasa jawa, melainkan telah lazim dikenal dan digunakan juga penutur berlatar belakang bahasa melayu; bahkan cenderung merupakan suatu prototipe tata krama berbahasa yang telah lama dimiliki aneka budaya di Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa walaupun dalam suatu ujaran pernyataan verbal secara tersurat mengambil wujud bahasa Indonesia, nuansa makna kesantunan atau ketakziman yang secara tersirat ada di dalamnya diwarnai oleh pengaruh bahasa daerah.

 

2.      Beberapa faktor yang menentukan besarnya sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.

Diantara berbagai faktor yang menentukan besarnya sumbangan  bahasa daerah terhadap bahasa indonesia, telah disinggung beberapa faktor yang secara khas memperlihatkan potensi bahassa derah (khususnya jawa) sebagai  donor (haugen, 1968) dalam memperkaya bahasa Indonesia. Besarnya sumbangan itu, antara lain tergantung pada faktor latar belakang budaya, pengaruh jumlah masyarakat tutur, adanya peluang bagi bahasa daerah tertentu itu untukmencapai tingkat frekwensi pemakaian yang tinggi dalam kehidupan masyarakat luas. Selain itu, pengaruh keterlibatan hampir sebagian besar di antar anggota kelompok masyarakat tutur dalam interaksi sosial yang berkaitan, baik melalui  penguasaan jalur kehidupan birokrasi maupun melalui  kegiatan pelayanan dan jasa bagi masyarakat luas, khususnya yang bergerak di bidang komunikasi media massa tulis dan elektronik.
Faktor lain yang perlu di perhatikan pula adalan faktor sejarah bahasa. Alasannya adalah karena sejarah bahasa memainkan peran yang penting dan ikut menentukan sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia, sebagaimana tampak dalam sejarah bahasa melayu daerah.
Dilihat dari sisi sejarah bahasa, tidak dapat didangkal kenyataan bahwa bahasa Indonesia yang tumbuh dari salah satu bahasa daerah yang dikenal sebagai bahasa Melayu. Mengalami perkembangan yang sangat pesat menjadi bahasa modern justru karena dukungan bahasa daerah. Hal itu dapat dibayangkan, jika diingat bahwa bahasa melayu yang terdebar ke berbagai pelosok wilayah tanah air, sudah dikenal masyarakat sejak abad ke-7 Masehi, sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan dan teknologi (collins,1980). Telah terjadi adaptasi antara bajasa Melayu dan bahasa Daerah di berbagai daerah, yang memungkinkan lahirnya beragam variasi bahasa Melayu daerah, baik yang tersebar di kawasan IBT (misalnya variasi bahasa Melayu daerah yang digunakan di Manado, ambon, kupang, dan dili) maupun di kawasan IBB (misalnya, bahasa Melayu daerah digunakan di Jakarta, Banjar, Palembang, Medan). Tersebarnya beragam variasi bahasa Melayu hampir di segenap pelosokwilayah tanah air dengan beraneka ragam kekhasan ciri yang menyiratkan akulturasi kebudayaan melayu dan daerah, membawa sampak yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pembinaan BI. Situasi pemakaian bahasa Melayu daerah di berbagai wilayah di Indonesia ikut menyuburkan pertumbuhan nahasa Indonesia karena selain merupakan jembatan bagi para penutur bahassa ibu dari berg=bagai latar belakang bahasa Daerah untuk mengenal dan memahami bahasa Indonesia, juga mempermudah mereka untuk berbahasa indonesia, baik secara reseptif maupun secara produktif. Dengan cara demikian, para penutur beraneka bahasa Daerah yang sudah sejak lama mengenal bahasa Melayu berbagai daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air hampir tidak mengalami banyak kesulitan untuk berbahasa indonesia. Oleh karena itu, peranan penting yang dimainkan bahasa melayu daerah, sebagai salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Nusantara pada satupihak dan bahasa Indonesian modern di pihak lain. Sebagai contoh dapat dijelaskan bahwa bagi kebanyakan penutur bahasa ibu bahasa daerah lain yang berdekatan lingkungannya dengan salah sa umnytu bahasa melayu daerah pada umumnya tidak dijumpai kesulitan untuk berkomunikasi dengan media bahasa Indonesia karena telah lebuh lam mengenal bahasa melay di daerah sekitarnya yang sangat banyak kemiripannya dengan bahasa Indonesia. Fakor ini dipandang sangat menguntungkan dalam menunjang bukan saja penyebaran bahasa Indonesia, melainkan juga pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia pada umumny. Hal ini di pandang sangat menguntungkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Faktor saling pengaruh, pada satu pihak antara bahasa daerah dengan bahasa Melayu daerah dan pada pihak lain bahasa melayu daerah serta bahasa daerah dengan bahasa Indonesia mempunyai dampak yang sangt berarti dalam pemakaian bahasa Indonesia ragam lisan. Dalam hal ini tampak ada banyak kelonggaran yang berlaku dan terdapat kecenderungan variasinya berimbang antara daerah yang satu dan daeerah yang lain. Variasi antar daerah itu padda umumnya agak disederhanakan sehingga timbul pembedaan yang secara popular dikenal sebagai variasi bahasa Indonesia timur dan bahasa Indonesia barat meskipun sebenarnya ada hal yang tumpang tindih dalam pengelompokkan itu. Bila diamati lebih jauh pemakaian bahasa Indonesia ragam lisan itu, ada kesendrungan orang beranggapan bahwa bahasa Indonesia ragam lisan adalah bahasa Indonesia dengan dialek-alek (logat) daerah. Meskipun demikian, tentu saja agak kurang tepat beranggapan bahwa bahasa Indonesia ragam lisan adalah penjelmaan bahasa daerah atau bahasa melayu daerah.
Dari pandangan yang dikemukakan itu, tampak bahwa factor yang menentukan pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung. Yang bersifat langsung, tampak mampu mewujudkan sumbangan yang memperkaya bahasa Indonesia baik berupa berbagai bahan kebahasaan yang diserap dari bahasa daerah maupun berupa tata karma berbahasa yang mengandung nuansa makna tertentu yang dapat diwarnai bahasa daerah. Adapun yang bersifat tidak langsung, cenderung bertalian dengan factor sejarah bahasa misalnya ihwal sejarah bahasa yang memperlihatkan arti penting bahasa melayu daerah sebagai bahasa daerah yang menjembatani kesenjangan yang ada di antara penutur beraneka macam bahasa daerah di Nusantara pada sat pihak dan bahasa Indonesia modern di pihak lain sehingga sangat menunjang penyebaran, pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Hal ini di pandangg penting karena sangat menguntungkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

 

3.      Berbagai usaha dalam memanfaatkan bahasa daerah sebagai sumber pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Peranan bahasa daerah dewasa ini tetap penting ssebagai sumber pengembangan bahasa Indonesia karena tidak dapat disangkal bahwa pada hakikatnya identitas masyarakat tutur bahasa Indonesia adalah masyarakat ganda atau bilingualism. Di beberapa daerah di Indonesia situasi tutur ganda bahasa dalam arti sesungguhnya cenderung belum tercermin karena sebagian besar anggota masyarakat di daerah itu, bahasa Indonesia belum merupakan bahasa kedua sesudah bahasa ibbu, tetapi sebagai bahasa ketiga. Dengan demikian, situasi tutur kebahasaan di daerah tersebut lebih tepat dinamakan situasi aneka bahasa atau multilingalism. Keadaan serupa itu, yang dapat diamati seperti timor timur memberikan peluang dan sekaligus tantangan yang perlu dihadapi dengan sikap hati-hati dan penuh kebijakan.
Berbeda dengan keadaan di berbagai wilayah Indonesia yang lain, masyarakat tutur bahasa Indonesia di timor timur dengan kondisi dan latar belakang budaya serta pengalaman unik di masa penjajahan selama 450 tahun, memungkinkan timbulnya situasi tutur aneka bahasa di wilayah bekas koloni portugis itu. Dalam menjalankan hegemoninya atas wilayah tersebut di masa lampau, tampak bahwa portugis berusaha mempertahankan terciptanya masyarakat plural agar tiap-tiap kelompok suku bangsa dengan aneka bahasanya tetap dibiarkan hidup terisolasi. Keadaan demikia selaras dengan laporan suparlan (1980) bahwa selain terpecah oleh struktur politik dalam kerajaan-kerajaan kecil, timor-timur secara tradisional terpecah ke dalam aneka warna suku bangsa dan bahasa.
Dari segi kebahasanya, adang sebagian bahasa daerah di timor timur yang termasuk rumpun bahasa Austronesia (AN) dan ada pula yang termasuk rumpun bahasa non-AN. Sekurang-kurangnya ada enam bahasa yng dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa Ambon-Timuor. Pengaruh bahasa daerah serumpun dengan bahasa Indonesia ini di timor timur terhadap bahasa bahasa Indonesia sejauh ini belum diteliti secara khusus. Walaupun demikian, dalam survey mengenai data dasar pendidikan di timor timur (Laksono dan Fernandez, 1993) di laporkan bahwa seringkali terjadi dalam proses belajar-mengajar jika pesan dalam bahasa Indonesia tidak dipahami siswa penutur bahasa daerah lain (baik yang serumpun maupun yang tidak serumpun) sebelum ditemukan padanan makna dalam bahasa ibu mereka lebih dahulu mencari padanan maknanya melalui padanan di dalam bahasa tetum (Dili). Patut dicacat bahwa bahasa Tetum Dili diperlakukan sebagai linguafranca  tradisional di Timor Timur.
Contoh itu memperlihatkan bahwa bahasa Tetum Dili, sebagai salah satu bahasa daerah yang menjadi lambing identitas komunal masyarakatnya mempunyai peranan penting sebagai penjembatan kesenjangan komunikasi yang ada di antara penutur beraneka ragam bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa ibu dengan bahasa Indonesia. Hal ini terjadi bukan hanya di lingkungan pendiidikan, melainkan juga di lingkungan yang lebih luas, khususnya apabila masyarakat di pelosok desa harus dilibatkan dalam komunikasi dengan para petugas yang menggunakan media bahasa Indonesia, misalnya dalam rangka member penyuluhan berbagai program pembanggunan. Sehubungan dengan itu, bahasa daerah berperan sebagai kunci untuk membuka wawasan bagi masyarakat (Timor Timur) agar mampu menjasi anggota warga kelompok suku ataupun bangsanya perlu mendapat perhatian dan pembinaan yang wajar. Demikian pula, menarik untuk diteliti lebih jauh sumbangan bahasa daerah yang memiliki hubungan kekerabatan lebih erat dengan bahasa Indonesia atas dasar kesamaan rumpun (AN) terhadap bahasa Indonesia dalam hubungan dengan bahasa daerah lain yang bukan serumpun, seperti kasus yang ada di propinsi termuda ini. Ada kecendrungan menduga bahwa karena terrmasuk dalam rumpun yang sama dengan bahasa Indonesia, masyarakat tutur bahasa bahasa daerah seperti bahasa bahasa Tetum Dili lebih kurang mengalami kesulitan untuk mengasai bahasa Indonesia, baik secara reseptif maupun secara prolduktif dibandingkan dengan masyarakat tutur bahasa daerah lain yang tak serumpun. Demikian pula sumbangan yang diberikan bahasa-bahasa daerah yang serumpun dengan bahasa Indonesia lebih mampu atau selaras daripada yang tidak serumpun. Dengan demikian, masalah keserumpunan bahasa dapat termasuk pula salah satu factor yang menentukan besarnya sumbangan bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia.

















 


BAB IV

PENUTUP


4.1 KESIMPULAN

            Dalam era komunikasi dan iptek dewasa ini, pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia tidak sebatas pengaruh serapan unsur kebahasanya, tetapi meliputi juga tata karma berbahasa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang mengandung sifat kebudayaan modern dapat memanfaatkan sumbangan beraneka ragam bahasa daerah tersebut sesuai dengan kebudayaan nasional.
            Berbagai faktor yang menentukan sumbangan bahasa daaerah terhadap bahasa Indonesia antara lain bergantung kepada latar belakang budaya, sejarah bahasa, jumlah penutur bahasa daerah, tingkat frekuensi pemakaian, interaksi social para birokrat, masyarakat, pers dan media massa yang menggunakan bahasa daerah tertentu itu. Selain itu, bukan mustahil, pada lingkup wilayah  bahasa daerah tertentu, factor keserumpunan bahasa diduga ikut menentukan sumbangan bahasa daerah bagi bahasa Indonesia.
            Upaya memanfaatkan bahasa daerah sebagai sumber pengembangna bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, antara lain melalui pertimbangan yang bijak menerima berbagai masukan, baik berupa unsure serapan kebahasaan maupun berupa tata karma berbahasa dengan nuansa makna tertentu yang sangat mungkin diwarnai bahasa daerah.

4.2 SARAN-SARAN

                Berdasarkan uraian yang dijelaskan dalam makalah ini harapan penulis dapat menambah wawasan bagi para pembaca ataupun siapa saja yang membaca makalah ini.Semoga informasi yang terkandung dapat nilai tambah bagi para pembaca tentang Perkembangan Pengaruh Bahasa Daerah Dalam Bahasa Indonesia.

 


DAFTAR PUSTAKA


Collins, James T. 1980. Ambonese Malay and civilization Theory. Kuala Lumpur:  Dewan Bahasa dan Pustaka.
Erwin, S.M. dan C.E. Osgood. 1965. Psycholingustics, Bloomington: Indiana University Press.
Halim, Amran. 1978. Politik Bahasa Nasional Jakarta: Balai Pustaka.
Haugen, Einar. 1996. Socolinguistics. Middlesex: Penguin Books.
Soekanto, Soerjono. 1978. Kamus Hokum Adat. Bandung: Alumni
Fokker, A.A. 1951. Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Jakarta: Balai Pusaka
Badudu, J.S. 1992. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Alwi, Hasan.1990. Modalitas Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia
Hutomo, Suripan Sadi.1984. Peranan dan Kedudukan Sastra Bahasa Daerah Dalam Pengembangan Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Alieva, N.F. 1991. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori. Yogyakarta: Kanisius


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manfaat Kersen

pershabataan

Monosidium